BUS DAMRI DAN KOTA BANDUNG - Fitria Puji Lestari

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, November 11, 2019

BUS DAMRI DAN KOTA BANDUNG

"Aku tanpamu kekebul DAMRI!"
"Da aku mah apa atuh, hanyalah kekebul DAMRI!
"

Kekebul adalah bahasa Sunda dari asap. Dulu, sekitar taun 2013-2014, saat saya masih kuliah di Bandung meme aku mah apa atuh dan nyanyian pelesetan dari lagu butiran debu, begitu sering dilontarkan teman-teman mahasiswa dengan menggunakan kata 'asap DAMRI' untuk dijadikan bahan candaan.

Dulu, bus DAMRI di kota Bandung sangat diminati para penumpang karena ongkosnya sama, tak peduli jaraknya jauh ataupun dekat. Meski begitu, keadaanya sangat memprihatinkan. Jumlah armadanya sedikit, sehingga membuat lama menunggu kedatangannya. Saat Bus yang dinantikan telah tiba, penumpang yang telah lama menunggu di halte ramai-ramai menyerbu Bus, tak jarang disini ada aksi saling dorong, cukup berbahaya bukan? Saat masuk ke dalam, ternyata sudah penuh sesak.

Saya pernah, pulang dari Pasar Baru naik Damri trayek Kebon Kalapa-Cibiru dalam keadaan mengenaskan karena berdesak-desakan di dalam bus. Saat itu, jalanan macet, sehingga perjalanan yang biasanya bisa ditempuh satu jam, hampir memakan waktu dua jam. bayangkan saja, sudah lelah menunggu bus yang lama, Stres macet, ditambah terjepit diantara para penumpang dengan waktu perjalanan selama itu, sungguh semakin menambah penderitaan saya kala itu.

Selain jumlahnya sedikit, bus DAMRI pun didominasi dengan armada bus dengan kondisi yang sudah tidak layak. Bus yang sudah usang dan berkarat. kursi-kursi yang telah berwarna kusam dan tampak kumuh, hingga kenalpotnya yang setiap berjalan menghasilkan asap hitam pekat yang mengotori udara jalanan kota. Maka tak heran, asap dari bus DAMRI disebut asap yang paling memuakkan dan menjijikkan, sehingga dijadikan bahan candaan untuk menjelaskan kondisi yang sangat hina dan tak berguna oleh para remaja. Bahkan, beberapa teman saya menyebut bus ini dengan sebutan DAMRI odong-odong.
"Hayu, kita main ke Pasar Baru, naik DAMRI odong-odong!" Begitulah kira-kira celoteh teman mengenai bus DAMRI.

Bus DAMRI lama yang tampak berkarat


Namun, keadaan itu semuanya berubah sejak sekitar 5 tahun yang lalu, saat tahun 2015 dan 2016 tepatnya. Di tahun-tahun ini terjadi peremajaan bus DAMRI. Bus DAMRI yang sudah tidak layak pakai akhirnya diganti. Maka tak ada lagi sebutan DAMRI odong-odong, semua bus DAMRI terlihat indah dan elegan. Warna biru yang membuatnya tampak cerah, gambar-gambar yang menarik yang juga dibubuhi slogan 'Ayo naik bus!', membuat Bus Damri nampak indah dipandang mata.

Bus DAMRI yang sudah mengalami peremajaan


Jangan tanyakan dalam busnya, jelas sangat jauh berbeda dengan bus yang terdahulu. Tak ada lagi kursi yang usang, yang ada adalah kursi yang empuk yang nyaman saat diduduki. Tak ada lagi besi berkarat dan asap kenalpot hitam pekat. Kesan DAMRI sebagai bus yang kumuh dengan segudang ketidaknyamanan saat menumpanginya, terhapus seketika.

Posisi tempat duduk yang semula berjajar dari depan ke belakang, kini menjadi saling berhadapan ke samping, dengan barisan belakang yang tetap mengahadap ke depan. Kapasitas bus 80 penumpang, dengan tempat duduk 30 dan pegangan tangan 50. Di dalam bus terdapat gambar jika kursi mesti diutamakan untuk yang membutuhkan, seperti lansia, ibu hamil, ibu menggendong anak dan juga penumpang berkebutuhan khusus. Sepertinya dengan cara ini, setidaknya akan membuat orang lebih sadar untuk berbagi tempat duduknya kepada orang yang membutuhkan.

Tempat duduk yang berhadapan


Tak ada lagi acara terjepit dan berdesak-desakan, karena armada bus telah bertambah, sehingga penumpang yang bejibun tidak tumplek di satu bus saja. Penumpang pun tak perlu lama menunggu bus kemudian berdesakan berebut masuk, karena sekitar 5 menit sekali, bus DAMRI akan selalu ada di setiap halte. Hingga saat ini, tercatat 167 armada bus DAMRI yang siap melayani pelanggannya, dengan 11 trayek di Bandung Raya. Trayek-trayek tersebut diantaranya:
 1. Leuwi Panjang-Cicaheum
2. Kebon Kalapa-Cibiru
3. Kebon Kalapa-Tanjung Sari
4. Dipati Ukur-Jatinangor
5. Alun-alun-Ciburuy
6. Elang-Jatinangor
7. Cicaheum-Cibeureum
8. Leuwi Panjang-Cibiru
9. Alun-alun-Kota Baru Parahyangan
10. Elang-Cibiru
11. Dipati Ukur-Jatinangor

Karena busnya yang nyaman pula, membuat masyarakat senang berpergian di sekitar kota Bandung, sekedar jalan-jalan, melepas penat, serta berfoto ria di tempat-tempat yang instagramable. Sebut saja alun-alun Bandung yang telah direnovasi, yang tadinya kumuh menjadi taman yang cantik. Yang tadinya kurang pengunjung, kini membludak namun tetap tertib.

Dikatakan, sejak alun-alun Bandung direnovasi dan peremajaan bus DAMRI, jumlah pendapatan kotak amal di mesjid Agung Bandung meningkat. Wajar saja, pengunjung alun-alun yang begitu banyak, pas terdengar adzan pasti ke mesjid untuk shalat, kemudian mereka akan mengisi kotak amal untuk bersedekah. Mesjid Agung Bandung pun menjadi mesjid yang makmur, ramai dengan orang yang shalat dan bersedekah. Ini baru mesjidnya, saya kira pedagang-pedagannya pun akan banyak mendapat keuntungan. Pengunjung yang begitu banyak menjadi pangsa pasar yang tepat dan menggiurkan bukan?

http://dephub.go.id/
https://www.instagram.com/kemenhub151/?hl=id
http://dephub.go.id/
https://www.instagram.com/kemenhub151/?hl=id

No comments:

Post a Comment